Sunday 14 April 2019

Ahli Mendaki tidak ahli Mencintai

Sinopsis

Saya suka dengan alam, mendaki menjadi kunci, perjuangan menyentuh puncak sangatlah berat, bebatuan, ranting pohon, bahkan jalan yang berlumpur, harus diterjang, agar menang, menyentuh puncak gunung kebanggaan

Namun ada satu seorang perempuan, fenomena di sekolah, namanya adalah Dina, rupawan eloknya, Dina sendiri adalah anggota OSIS, terkenal dengan sadis, namun tidak untuk Dina, dia manis, intinya, seluruh puja untuknya

Dermaga kerinduan menerpa pikiran, saya selalu merasa kesepian, hampa dan hambar dunia ku, semenjak berpisah dengannya.

Dina, aku rindu...

~~

Kata pengantar 

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena cerita ini selesai disusun. Jangan lupa untuk menambahkan cerita ini kedalam perpustakaan kalian agar tidak ketinggalan bab selanjutnya dan jangan lupa kasih bintangnya hehe, biar kalian juga dapat pahala, sudah membuat saya senang hehe:D enjoyyyy...
Saya menyadari apabila dalam penyusunan cerita ini terdapat kekurangan, tetapi saya meyakini bahwa sekecil apapun kekurangan dalam cerita ini saya berniat membuat para pembaca saya terhibur dan bosannya sedikit hilang.
Akhir kata guna penyempurnaan cerita ini kritik dan saran dari pembaca sangat saya nantikan.

Cimahi, Maret 2019

Saya (Pria Jantan)

~~

Pembukaan. 

Ini adalah sebuah kerinduan tentang alam, perempuan, dan kenangan, lelaki yang hobi sekali dengan alam, diam-diam rindu pada perempuan idaman.
Lelaki ini adalah pemain basket pada sekolahnya, dan perempuannya adalah anggota OSIS, keduanya mempunyai nama yang harum pada masanya
Dengan gagah perkasa, tinggi badan yang luar biasa, badan sawo matang, dan kumis yang tipis, di kenal dan banyak di puja oleh wanita, nampaknya lelaki ini tidak pernah tergoda oleh mereka, fokus pada masa lalunya, yang sangat beliau rindukan
Begitu pula dengan perempuan, putih, rupawan, badan minimalis, senyumnya begitu sadis, perempuan ini menjadi rebutan dan bincangan para lelaki di sekolah, entah mengapa, beliau di kenal dengan perempuan yang sinis.

Sang lelaki pergi pada bioskop bersama sang perempuan, menjadi hal pembuka untuk mengawali hubungannya lagi, sang lelaki yang menatap kedua bola mata sang perempuan, membuat sang perempuan memajukan kepalanya, tangan kanan sang lelaki memegang leher perempuan, membuatnya menjadi sedikit gairah lalu terjadi sebuah ciuman mesra, sampai lupa alur cerita film yang sedang mereka tonton, sibuk bercinta, sampai akhir film tiba.

Lalu sang lelaki pun menyatakan cinta yang sempat tersimpan, namun sang perempuan menyimpan benci yang terdalam, di tinggal saat sedang sayang-sayangnya, perempuan kecewa dan selalu meneteskan air matanya.

~~

Pendakian gunung Ceremai 

Nama ku Riski, saya suka mendaki, Gunung Ceremai adalah titik nol ku, bisa terbilang, awal saya cinta dengan alam, diselimuti kerinduan, terpanggil dengan indah pemandangan, ditemani dengan tinggi 3.078mdpl, menarik saya untuk kembali

Di temani Fadil dan Sahrul, mereka adalah teman seperjuangan alam, dengan mereka, mendaki menjadi lebih nyaman, bisa terbilang, mereka adalah panutan

Sabtu, menjadi hari kami untuk mendaki kembali pada Ceremai, membuat rencana pada senin, rencana itu di cetuskan oleh saya, ketika mereka sedang asik bicara, entah apa

Riski; "bro, sabtu, pada sibuk ga nih?"

Sahrul; "engga, kenapa memang?"

Riski; "gue rindu dengan Ceremai"

Fadil; "sama gue juga, ayo deh kita gas"

Sahrul menunjukkan raut wajah kebingungan, memikirkan tugas mata pelajaran yang belum usai, berniat ingin mengerjakan tugas, namun jiwa sudah sangat menyatu dengan alam, akhirnya Sahrul menanggapi perbincangan kami

Sahrul; "ayo deh gas sabtu"

Kami pun sepakat untuk datang bertamu dengan alam, pada sabtu siang, mulai senin, kami pun mulai merancang alat tempur yang akan di gunakan

Arloji tertuju pada satu siang, waktu kembali pulang, dengan hati riang, saya melangkah kan kaki untuk pulang, dengan hati yang senang, bisa kembali pada Ceremai, meski, jadwal pelajaraan yang sangat begitu padat

Dengan lelah, terbentang merata pada tumpuan kasur kesayangan, ketika sudah lelah dengan mata pelajaran dan perjalanan yang begitu panjang

Membuka handphone dan melihat story whatsapp sang perempuan idaman, terlihat senyum yang begitu rupawan, berdetak hati kencang tak beraturan, dengan penuh haluan, jika sang perempuan singgah dalam pelukan, sial, hanya haluan, tidak percaya diri selalu menghantui, hati dan pikiran kacau berantakan

Seketika perbincangan kelas pada group mulai ramai, membicarakan tugas yang begitu menumpuk, membuat ku malas tak karuan, waktu yang tepat untuk ku terlelap haha.

~~

Senin malam


Dengan busana putih abu masih saya gunakan, terbangun pada arloji tertuju sembilan malam, sungguh melelahkan, ditambah lagi, kedua orang tua tidak ada dirumah, makin jadi saja saya tertidur dengan nyaman haha
Saya pun bergegas untuk mengganti busana, dengan celana boxer dan kaos hitam polos, disambung dengan langkah kaki, menuju pada ruangan dapur, membawa perut yang sudah mulai demo meminta makan, dua ayam bakar tertera pada meja makan, nampaknya kedua orang tua sudah pulang ketika saya sedang tertidur pulas
Tidak lama, pesan dari sang ayah mengatakan, bahwa mereka tidak akan pulang, menginap pada kediaman sang nenek di Jl.Cimareme
Mengambil piring dan setumpuk nasi, saya bergegas menyantap hidangan, dengan perut yang sangat lapar
Usai menyantap, saya kembali pada ruangan sunyi, kamar kesayangan, dengan gitar yang saya mainkan dengan santai, sambil melihat-lihat history whatsapp
Memainkan beberapa lagu, dengan suara yang sedikit berantakan haha, dengan lupa ingatan, bahwa esok adalah selasa, tugas mata pelajaraan belum usai saya kerjakan, mau tidak mau, saya harus menyelesaikan
Tengah malam menjadi waktu saya usai mengerjakan tugas, dengan kedua bola mata yang masih sangat beringas, dengan perut yang mulai mengkerut, malas untuk makan, saya putuskan untuk pergi pada mimpi, besok pula saya harus mandiri, bangun sendiri, dengan alarm yang sudah saya siapkan, selamat malam saya ucapkan sendiri pada perempuan pujaan hati, sambil melihat sebuah foto wajahnya, dengan memberikan kecupan khayalan haha

~~

Senin malam

Purnama datang ditemani dengan suara ayam berkokok, bersautan dengan suara alarm yang kencang menggema pada kedua telinga, membuat saya terbangun, melihat arloji pada lima pagi, memutuskan saya untuk segera mandi
Karena tidak ada kedua orang tua, saya memutuskan untuk menyiapkan sarapan sendirian, dengan roti panggang dan juga secangkir susu putih
Tepat jam enam pagi, saya bersiap menyalakan sepedah motor tercinta, lalu melanjutkan ke arah istana sekolah kebanggaan, lalu lintas renggang, udara sejuk menerpa pada seluruh tubuh
Bel berbunyi, pagi di awali dengan perhitungan, matematika, pelajaraan, yang tidak semua siswa suka, termasuk saya haha, tidak tau mengapa, sejak masa putih biru, matematika semakin membuat isi kepala bingung, akar kuadrat, dan pembilangan yang dimulai dari kisah cerita kehidupan atau cerita permainan, yang harus di selesaikan dengan rumus begitu rumit, panjang memanjang, sampai bertemu dengan angka bilangan, ditemani dengan koma, ah!! pokoknya pusing haha
Yang kami tunggu akhirnya tiba, jam istirahat, jam yang sangat istimewa bagi kita haha, makan dan menyelesaikan tugas yang belum tuntas dengan menghabiskan waktu yang sangat sempit, sudah menjadi biasa terjadi
Tepat jam satu siang, waktu kami pulang, alangkah senang, seketika, pesan sang ayah datang, merintahkan saya untuk kembali pulang pada kediaman sang nenek di Jl.Cimareme
Saya pun bergegas untuk memenuhi perintah sang ayah, di tengah perjalanan, sebelum melewati para pak polisi yang sedang bertugas, ya, mereka para pak polisi berjaga pada pertigaan Jl.Cangkorah, saya pun memutuskan untuk putar arah, dengan alasan, saya belum mempunyai persyaratan berkendara haha, dan saya pula berhenti sejenak untuk memberi kabar pada sang ayah, lalu sang ayah merintahkan saya untuk membatalkan lajuan sang sepedah motor menuju Jl.Cimareme, rumah sang nenek
Saya pun kembali pulang, dengan raut wajah yang benar-benar lelah, langkah sang sepedah sedikit ku percepat lajunya
Seperti biasa, saya memutuskan untuk terlelap sejenak, dengan lelah yang sudah saya bawa, praktik membongkar AC, dan rumus matematika, yang membuat saya benar-benar lelah.

~~

Rabu pagi

Ketika saya masih tenggelam pada mimpi, seorang ibunda memanggil dan membangunkan ku, gila saya, sudah hibernasi dengan jangka waktu yang benar benar panjang, mata pun beringas, pandangan terang benderang, bangkit dari kasur kesayangan, menuju pada kamar mandi, dan mandi

Tertuju pada empat pagi, benar, pagi ini saya bangun sangat lebih awal, membuat saya bebas untuk bersantai, sarapan pula sudah disiapkan oleh seorang ibunda kesayangan

Melihat history whatsapp sang perempuan pujaan hati, membawa ku untuk berkomentar pada foto yang sudah dia paparkan pada history, "hai" menjadi komentar sekaligus sapaan, tubuh seketika bergetar, di kelilingi dengan ketakutan, pesan terabaikan

Selang beberapa menit, nyatanya sang perempuan menjawab pesan ku, melompat-lompat diri ku, dengan perasaan penuh bunga cinta haha, "hai juga" jawabnya pada pesan yang sudah saya kirimkan

Saya bertanya, dengan penuh senyuman, "rumah kamu dimana?" dia pun menjawab kilat, "lho memangnya kamu lupa dengan rumah ku" membaca pesan Dina, saya pun tertawa seketika, "pura-pura tidak tahu saja, biar ada kemungkinan kita akan berbincang lama", jawab ku, Dina melanjutkan, "ihh bisa aja deh kamu", saya pun bertanya, yang sebanarnya saya tahu jawabannya, karena dengan alasan ingin perbincangan kita menjadi sedikit lama, yasudah tidak apa lah saya tanyakan padanya, "rumah kamu masih di Jl.Baros kan?", "iya lah, memangnya mau dimana lagi haha", cetus Dina"

Saya pun hanya mengakhiri perbincangan antara kami dengan kata, "oh iya, semoga kamu selalu bahagia" entah apa tujuan saya berkata seperti itu padanya haha, intinya tujuan saya hanya ingin dia selalu tertawa, meski bukan dengan ku

Melihat arloji tertuju pada lima pagi, mempercepat untuk sarapan, mengganti pakaian, dan juga melanjutkan perjalanan pada sekolah idaman, tidak lupa pula untuk beribadah, sholat subuh berjamaah

Ketika sarapan ibunda sedikit berpesan, "kamu sekolah yang rajin ya Riski, agar kamu bisa sukses nantinya" dengan sedikit mengelus pada pundak dan mengacak rambut yang sudah saya susun rapih

"iya bunda, saya akan berusaha, jika tidak bisa seperti apa yang bunda inginkan, hanya maaf yang pantas saya ucapkan" jawab ku dengan sedikit tertawa kecil, bunda pun menjawab dengan senyuman lebar, manis, saya juga tidak kalah manis bukan haha

Ketika semua sudah usai saya lakukan, bergegas melanjutkan langkah kaki pada istana sekolah tercinta, sebelumnya tidak lupa saya untuk mencium tangan sang ibunda, sayangnya sang ayah sudah berangkat sejak subuh tadi, jadinya saya hanya berpamitan dengan bunda

~~

Rabu, kali ini sekolah ku terletak pada Jl.Haji Bakar, sekolah ku ini memiliki dua gedung, satu pada Jl.Ciseupan dan yang ini menjadi gedung kedua

Hari ini adalah hari yang saya cinta, awal masuk jam pelajaraan di sambut dengan guru yang begitu rupawan, dengan membawa ilmu pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan, sering kali di singkat "PKN" pada gedung ini pula, ada sedikit bahagia, karena jarak yang saya tempuh, tidak lah panjang

Dina, adalah perempuan idaman, yang begitu sangat rupawan, menjadi salah satu puja hati kecil bergembira, saat melihatnya melintas pada depan kelas, dia juga menjadi alasan saya sangat bahagia, ketika sekolah pada gedung kedua ini, ingin rasanya beranjak dari bangku menuju pada luar kelas, dan memanggilnya, lalu membisikannya, "aku cinta" tapi harus bagaimana lagi, sang guru masih saja memberikan ilmu baru, menjadi suatu ancaman untuk saya keluar dari kelas

Disambung oleh pelajaraan kedua, ketiga, dan guru Bahasa Indonesia juga tidak kalah cantik jelita, dengan kacamata dan senyum yang begitu gembira, sialnya, saya hampir jatuh cinta haha

Jika saja dia bukan guru, sudah saya perjuangkan dia mati-matian, seperti saya memperjuangkan puncak tertinggi di Indonesia, yaitu puncak Jaya di Papua, yang memiliki tinggi sampai 4.884 meter dari permukaan laut, yang belum saya daki sampai saat ini haha, sepertinya saya akan sampai puncak itu, ketika puncak Jaya mulai tidak lagi indah, gundul sudah, hilang suasana cinta diantaranya

Ketika jam istirahat, saya memutuskan untuk melangkah kan kaki pada pedagang baso tahu idaman, langkah terhenti disela sedang melangkah pada anak tangga, Dina, menjadi alasan langkah kaki terhenti, melempar senyuman indah, yang membuat hati menjadi gila, gawat, kenapa jadi bergetar seperti ini wahai tubuh, layaknya usai bertemu bidadari, saya pun membalas senyumnya, dengan sedikit malu, baju berantakan, celana ala 90an, tali sepatu putih, juga kaos kaki hitam, semua ini adalah larangan, tapi ini pula bukan menjadi suatu halangan, saya nyaman, maka saya gunakan

Dina sendiri adalah anggota OSIS, yang biasa menggambil dan menasehati para siswa yang melanggar peraturan sekolah, tapi saya berjanji, jika sudah mendapatkan hati sang pujaan, maka saya akan taat pada aturan hahaha

Usai kami menghabisi waktu istirahat, kami pun kembali pada penat, dilanjut dengan pelajaran Agama Islam, guru ini seru, kadang pula seketika tegas, jika kami sedang malas, dia adalah seorang lelaki, yang membuat kami penat adalah hapalan suatu surat, ditambah lagi kami harus menghapal suatu artinya pula

Yesss!! tidak terasa arloji sudah dua siang, kami harus pulang, usai sudah pelajaraan.

~~

Malam dengan bincang dan suatu ingatan

Malam ini adalah rabu malam, dimana semua kedua orang tua berkumpul pada satu meja, tepat pada delapan maju pada malam, sang ibunda bergegas mempersiapkan makan malam, dengan adik perempuan saya Rara namanya, duduk di bangku sekolah dasar kelas tiga, ya, saya mempunyai adik, adik saya ini lah menjadi bahan tumpuan saya ketika bosan masuk dalam jiwa, maaf ya dik, abisnya dia lucu, rasanya ingin memakannya dengan lalap dan sambal hijau, ditambah lagi sedikit racikan bumbu sang ibu, waduh pasti kenyang ya haha

Dina juga mempunyai adik, adik saya dan Dina satu angkatan, sama-sama duduk di kelas tiga, adiknya Dina adalah lelaki, saya selalu berharap ketika adik kami sudah beranjak dewasa, mereka berjodoh pula haha

Dina sendiri adalah adik kelas saya, saya kenal dengannya semenjak seragam kami putih merah, ketika saya beranjak kelas enam SD, saya mencoba untuk meraih hatinya, namun gagal haha, maklum, saya memang tidak lah ahli dalam cinta, tapi hebat bukan, saya sudah mulai mencoba meraih hati seorang perempuaan dalam pelukan ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar haha

Waktu berlalu, sampai saya pun lulus, meninggalkan seorang Dina, membawa sedikit kecewa, dan saya pula sudah lupa dengannya, namun, Dina muncul kembali, ketika dia berkomentar pada suatu kiriman facebook saya, sial, kembali lagi saya ingat padanya, sedikit tertawa sebenarnya, lalu saya pun mencoba untuk memberi kabar padanya, berbincang lama olehnya, terjadi ketika saya duduk awal masuk putih abu, dan itu pula menjadi awal akhirnya saya sangat bahagia, karena berhasil memiliki seorang Dina

~~

Ditengah kami sedang melaksanakan ibadah makan malam haha, bunda dan ayah saling berbincang, entah apa, seketika Rara bicara yang membuat suasana menjadi hening seketika "kak, tumben kok jam segini sudah ada dirumah, biasanya jam sembilan baru pulang" bunda pun menambahkan "iya tuh benar, tumben, lagi ada masalah ya kamu?" ayah hanya menunjukkan raut wajah kebingungan

Saya memang sering keluar rumah, ketika rabu datang, karena ini adalah hari libur para teman, mereka sedang sibuk dengan praktik kerja lapangan, jadi hanya rabu saja hari liburnya, biasanya saya menghabiskan waktu bersama teman di kediaman Anto, jarak rumah Anto tidaklah jauh dari rumah, bermain game, dan membicarakan hal yang tidak seharusnya di bicarakan, dan juga saling pamer perempuan idamannya masing-masing, malam ini memang saya tidak pergi keluar, karena lelah dan sedang tidak ingin saja, ingin menaruh seluruh tubuh pada kasur, hari ini sangat lelah, karena saya usai sudah menyelesaikan banyak tugas dan hapalan tadi, saya pun menjelaskan tentang ini pada bunda, Rara dan juga ayah

"kirain kamu lagi ada masalah", jawab sang bunda, "iya bun, memang ada masalah" bunda pun dan ayah pun terkejut, menanyakan ada masalah apa, saya yang lekas berdiri dan menaruh piring pada tempat cucian, dan berkata "masalah dengan dompet, kasian si dompet, di dalamnya hanya terdapat kelabang dan belalang" sambil saya melangkah kan kaki pergi dari dapur, menuju pada ruang tamu, Rara pun tertawa, "kasian deh lhoo" ejek sang bunda

Anto sendiri adalah teman dekat saya sejak kecil, mangkannya bunda khawatir diantara kami, bunda dan ayah pula sudah anggap Anto sebagai anaknya, begitu pula orang tua Anto, ya, orang tua kami saling menitipkan satu sama lain, ketika saya yang sedang berkunjung pada Anto, atau sebaliknya

~~

Kedekatan saya dengan Dina saat itu tidaklah berlangsung dengan lama, sekitar tiga sampai empat bulan, berdampingan ya, bukan kandungan, awas salah paham dan pengertian haha

Dengan bodoh, saya meninggalkannya hanya karena rasa bosan, iya tau iya saya salah, iya tau iya, kurma kan kurma, menyebalkan.

~~

Puisi (1)

"Aku Cinta..."


Jika kamu adalah kertas
Maka aku adalah pena
Semua hati dan perasaan akan keras
Ku tulis semua dengan hati yang terluka

Ingin pulang membawa hati yang terluka
Kepadamu, wanita yang pernah aku cinta
Rembulan, kerinduan, hati bicara
Ingin kamu paham, semoga...

Bijaksana senja,,
Menambah langit cerah
Semakin kuat hati bicara
Beribu hujan air mata, busana, basah

Jangan pergi
Kamu adalah bidadari hati
Ingin singgah kembali
Itu adalah kata hati
Semoga kamu mengerti

Menyimpan beribu harapan
Kamu yang pernah singgah
Kamu pula menjadi sasaran
Kamu menjadi suatu resah

Bagaimana jadinya
Jika kamu benar tidak lagi cinta
Semoga
Kamu suka, tulisan penuh dengan makna

Malam, ini adalah harapan
Ingin kembali pulang
Padamu perempuan
Yang pergi menghilang

Kamu, semakin aku puja
Dengan bola mata
Hati kecil bicara
"Aku cinta"...

~~

Puisi (2)

Aku sedang bercengkrama dengan dunia
Awan hitam adalah buktinya
Bintang adalah lampunya
Kamu adalah orangnya

Aku berkata pada dunia
Pada Tuhan pula
Tidak lupa berkata pada hati
Ditemani dengan sunyi
Aku benci...

Senyum manisnya, terbawa dalam ingatan
Indah kedua bola matanya
Hadir pula pada ingatan
Sungguh rupawan dia, namanya adalah Dina

Meski sudah menjadi lalu
Aku ingin selalu memujamu
Indah senyummu
Kedua bola matamu

Singgahlah wahai perempuan
Dalam pelukan
Kita ciptakan suatu kebahagiaan
Jika kamu berkenan
Silahkan...

~~

Mengangkasa burung pada biru udara, senja datang dengan pelan, tepian laut menjadi kerinduan, rindu, merambat masuk pada ingatan, ini adalah dermaga kerinduan, kita tak selaras, kita tak pantas, seketika, menggema suaramu, kedua telingaku, merayap suatu kecewa, nuraniku untukmu, nuranimu untuknya, wajar saja, aku candala, hina.


Bandung, 19 maret 2019

Pria Jantan

~~

Kamis, manis (1)

Hari ini saya harus bersekolah pada
gedung kedua, namun hari ini tetap menjadi hari yang saya cinta, sangat bahagia, Dina pula menjadi alasannya, ya, saya satu kampus dengannya, rabu menjadi awal hari yang sangat membuat saya, dan hati bahagia, sampai jum'at tiba
Dina bersekolah menaiki angkutan umum, tidak heran jika Dina selalu datang tepat waktu, dan sudah berjaga pada gerbang istana sekolah, bersama beberapa temannya, saya selalu berangkat telat, agar dapat bertemu olehnya, ketika raut wajah masih sangatlah rupawan, sungguh suatu perempuan idaman, bagi saya, kalian mah tidak usah, masa iya kita harus berkelahi untuk mendapatkan bidadari haha
Saya terlambat, dan Dina sudah menunggu depan gerbang sekolah, di berhentikan saya, di tanya nama dan juga kelas oleh temannya, Dina berbicara "sini, biar aku yang mencatat" seketika hati berbunga, mendengar kata dari Dina, dan senyuman yang rupawan
Setelah melewati Dina dan temannya, saya pun harus melewati guru yang mengerikan, sudah berdiri gagah perkasa, dia adalah guru kesiswa-an, saya pun di berhentikan dan mendapat sebuah hukuman, salam olahraga dan mengambil daun yang berjatuhan lalu membuangnya pada tempat sampah, sungguh lelah, saya pun melihat Dina yang berusaha mencuri pandangan kepada ku, cie Dina haha
Ketika saya melangkah menuju kelas, terdapat wali kelas yang sudah memulai materi pelajaraan hari ini, untung saja, dia baik hati, jika tidak, abis sudah saya di siksa
Wali kelas berbincang panjang, dan selalu bercerita, juga menasihati kita, sungguh bahagia, dia juga adalah guru senior di sekolah ini, semua segan padanya, dengan umur yang sudah sedikit tua, tetap saja, baik hatinya yang membuat semua guru dan siswa suka dengannya, dia pula sering kali memberi kami sarapan, usai selesai pelajaraannya, membawa beberapa menu makanan, dan juga nasi liwetan, senang rasanya, uang jajan bisa terjaga dengan baik haha, kami cinta anda bu
Kabar bahagianya lagi, pelajaraan kedua dan terakhir hari ini tidak ada gurunya, sibuk katanya, jadi kami hanya di berikan tugas, lalu di perbolehkan untuk pulang, tidak rugi ya jika saya harus mengeluarkan uang untuk SPP bulanan haha
Istana sekolah saya swasta, terletak pada Cimahi raya, Bandung kota, di selimuti dengan sawah, bisa terbilang sekolah ini adalah "mewah" "mepet sawah" haha
Walaupun swasta, sekolah saya ini adalah cipta dari sekolah negeri, yang terkenal pada Cimahi, tidak heran, guru pengajar kami, banyak pula yang dari guru negeri, aturan dan tegas guru pengajar, tidak kalah persis seperti guru negeri, jadi sedikit ngeri juga, jika kami selalu bolos sekolah, bisa-bisa, para guru datang ke rumah
Kami pula tidak kalah hebat dengan sekolah negeri itu, terkadang kemenangan lomba, selalu kami menangkan, bahkan sekolah negeri sering kali tumbang dalam pertandingan
Menurut saya, swasta atau negeri, sama saja, prestasi dapat kita raih, bahkan menjadi suatu saingan ketat, semua seperti roda, terkadang swasta selalu menang, dan sebaliknya hehe sotau kan saya haha
~~

Ketika usai sudah pelajaraan hari ini, tepat pada jam 02:30, maka itu adalah waktu kami untuk kembali pulang, saya tidak langsung kembali pulang, namun saya, Sahrul, dan Fadil, berkumpul sejenak, membincang kan semua peralatan perang, mulai dari sekarang, agar tidak dadakan dan kekurangan seperti pendakian lalu pada puncak Cikuray, yang benar benar membuat saya dan kerabat lainnya merasa resah
Terutama tentang keuangan, kami harus memperhatikan, agar tidak kekurangan, semua sudah jelas di bincangkan, lalu kami pun pulang
Dengan langkah kaki menuju pada parkir sekolah, membuat pandangan saya berantakan, mencari-cari Dina, sang perempuan pujaan, namun, saya tidak berhasil melihatnya, entah masih berada dalam kelas, atau pun ruang OSIS pada lantai atas
~~

Ketika di tengah perjalanan, seorang memanggil nama ku dengan sedikit teriakan, saya pun memberhentikan langkah sepedah motor ku, saya lekas membelokkan kepala ke belakang, nyatanya itu adalah Dina, penuh dengan senyum bahagia, rasanya ingin menabrakkan diri pada sisi jalan, entah bagaimana jadinya, hati merasa terbang tidak beraturan, sungguh menyenangkan, tidak menyangka saya di sapa haha.

~~

Kamis, manis (2)

Perjalanan menuju pulang, dengan raut wajah Dina tadi, yang menyapa saya penuh dengan bahagia, membuat perjalanan menjadi sempurna

Riski, saya memang suka mendaki, namun, saya pula mempunyai hobi, bermain basket, tinggi yang hampir saja dua meter, dengan kumis tipis, alis tebal, dan kulit sawo matang, itu adalah saya

Hubungan saya dengan Dina, berlanjut ketika Dina memulai perbincangan melalui sosial media, dan sejak itu kami sering berbincang lagi, seketika hati berkembang bunga lagi, dengan kesalahan saya yang meninggalkan Dina, membawa alasan karena saya bosan sewaktu itu

Kami pun merencanakan untuk pergi pada theater bioskop melalui sosial media whatsapp, dengan status kami yang masih sebagai "mantan"

Melangkah saya dengan sang motor menuju rumah Dina, Jl.Baros

Saya pun terhenti pada depan pagar rumah Dina, dan memberi kabar bahwa saya sudah sampai, tidak lama, Dina pun keluar, lalu duduk pada belakang sang motor, kami pun memulai perjalanan menuju suatu tujuan

Dina; "kamu dari rumah?" tanya Dina yang memajukan sedikit kepalanya, bermaksud agar saya mendengar perkataannya

Riski; "iya, aku dari rumah", jawab ku yang sedikit membelokkan kepala ke arah Dina

Dina; "ohh, kirain dari mana dulu tadi", jawab Dina

Riski; "engga Dina, Din, aku ingin mengebut nih, alangkah baiknya kamu memeluk tubuh ku, aku takut kamu terjatuh", dengan sedikit tertawa saya ucapkan pada Dina 

Dina; "ahh, kamu bisa aja", Dina pun memajukan kedua tangannya, untuk memeluk ku

Laju sang motor, bukan saya percepat, namun semakin saya perlambat, dan Dina pun seketika bicara, "lho, kok malah makin pelan Riski", tanya Dina

"aku merasakan suatu kenyamanan Dina, jadi, aku tidak ingin mempercepat, lagi pula, kata ayah, kalau membawa motor harus perlahan, agar tidak terjadi suatu kecelakaan", jawab ku penuh dengan tertawa haha

"ahh, kamuuu", dengan suara Dina yang memanja, semakin mempererat pelukkannya

~~

Kami pun sampai pada Mall, dan saya melanjutkan menuju pada suatu tempat parkir, dan melangkah bersama menuju pada theater bioskop

Riski; "Dina, ACnya dingin nih, tangan aku kedinginan"

Dina pun tertawa, dan berkata, "terus?", tanya Dina

Riski; "kayanya akan terasa hangat jika kamu genggam deh haha"

Dina; "dasaaarr Riskiii, memangnya mau?, mau aja apa mau banget nih? haha"

Riski; "yasudah, kalau kamu tidak mau, aku meminta perempuan lain saja untuk di genggam"

Dina; "ihh, baperan kamu mah", memukul bahu, dan Dina pun mengambil satu tangan, lalu di genggam

~~

Kami pun lekas melangkah kan kaki menuju theater bioskop, Dina menunggu pada bangku tunggu, karena antrian yang begitu panjang, saya tidak ingin Dina lelah berdiri menunggu dengan antrian sepanjang ini

Semua nampak berpasangan, berpegangan, seperti ingin menyebrang, dengan lelaki yang sok tampan, dan perempuan yang sok rupawan haha, semua nampak semu

Ini adalah giliran saya, berbincang dengan sang penjual tiket yang fakta rupawannya,

Penjual; "mau pesan berapa tiket kak?"

Orang ganteng; "dua saja kak, kalo empat mah kayak slogan BKKBN", seketika para manusia yang sedang ikut antri di belakang saya pun tertawa bersama dengan sang penjual

Dengan tertawa yang masih tersisa, sang penjual melanjutkan bicara, "ingin tempat duduk dimana kak?"

Orang ganteng; "saya ingin yang dekat dengan AC, di rumah tidak ada soalnya"

Penjual pun tertawa, dan menujukkan tempat yang menurut saya mustahil pada tempat itu dekat dengan AC, karena beliau menunjukkan pada barisan tengah

Orang ganteng; "jangan, kalau ACnya terdapat disitu, saya mau di barisan atas saja deh, saya hanya bercanda, hanya ingin tau saja, dimana letak AC pada ruangan bioskop ini haha", seraya saya menunjukkan bangku yang saya inginkan

Penjual; "bisa aja kakaknya", dengan sedikit tertawa dan memberikan tiket yang sudah saya beli tadi

~~

Karena kami harus menunggu, film akan tayang setengah jam kemudian, kami pun memutuskan untuk berkeliling dan bermain timezone terlebih dahulu saat itu

Sebelumnya, kami mengisi saldo timezone Dina, agar kami dapat bermain, untung saja Dina membawa kartu timezonenya, jika tidak, habis sudah kita akan bingung sendirian untuk menghabiskan waktu untuk menunggu

Saya dan Dina pun menyempatkan untuk berfoto, kalau kata Dina, agar ada kenangannya kita pernah kesini berdua haha ada-ada saja Dina

~~

Setengah jam berlalu, saya dan Dina pun kembali melangkahkan kaki pada theater bioskop, memberikan tanda bukti tiket bahwa kami adalah peserta, mencari bangku pesanan kami terlebih dahulu, dan duduk menikmati sejuk, di temani dengan harum yang menggemaskan, membuat kami merasa nyaman

Saya pun menggenggam tangan Dina, ketika adegan cinta tiba, seketika Dina membelokkan kepalanya kepada saya, dengan tatapan mata yang tajam, membuat saya memajukan kepala dengan lengan kanan menyentuh leher Dina, membuatnya sedikit gairah, lalu saya pun menciumnya, sampai lupa alur cerita, sibuk bercinta, sampai usai film tiba

~~

Saya dan Dina kembali menuju tempat kami menyimpan motor, dan melanjutkan langkah kembali pulang kerumah Dina

Pada perjalanan pulang, dengan Dina seketika memeluk ku erat, tanpa harus saya merintahkan terlebih dahulu, dengan kepala Dina yang menggantung pada bahu, dengan senyuman bahagianya yang saya lihat melalui spion sang motor

~~

Sampainya kami pada depan rumah Dina, saya pun menggenggam kedua tangan Dina, dan berkata

Riski; "makasih ya waktunya Dina"

Dina; "iya sama-sama"

Riski; "gimana?, senangkan hari ini?"

Dina; "iya, senang Riski, makasih juga ya kamu sudah membawa ku keluar dalam penat"

Riski; "iya sama-sama, Dina, kamu mau tidak untuk melanjutkan hubungan kita?"

Dina pun terdiam, dengan kepala menuju ke arah bawah, mungkin dia bingung, begitu pula dengan saya, bagaimana jadinya jika saya harus di tolak olehnya.

~~

Kamis, manis (3)

Dina menatap kedua bola mata ku, dengan sedikit senyuman yang membuat hati ku berbunga seketika, dengan jawaban Dina yang menyatakan bahwa dirinya ingin kembali berdamping dengan ku

Saat itu, harus bagaimana lagi saya, melompat-lompat hati bergembira, berdansa seluruh jiwa, bahagia

Saya pun kembali pada rumah, membawa hati berbunga, tersenyum sendiri, rasanya ingin sekali jemping sepanjang jalan, sayangnya saya tidak mampu, yasudah jalan biasa saja haha

"Dina, jika kamu tau saat itu, hati ku berbunga, penuh dengan indah"

Dengan jarak dua bulan hubungan saya dengan Dina terjadi perpecahan, datangnya Jordan membuat hubungan ini semakin goyang, berbibu cara saya pertahankan, beribu cinta saya ucapkan, namun gagal

~~

Sampai saat ini cinta yang masih terpendam dengan Dina, cinta tulus untuk Dina, hanya menjadi lautan rindu, menjadi lautan rekah, namun bagaimana jadinya Jordan adalah teman dari teman saya, tidak mungkin pula jika saya harus bertengkar dengannya, jadi, saya bersikap biasa saja

Rumah, menjadi dermaga kerindungan dengan Dina, seketika raut wajahnya masuk secara tiba-tiba, terkadang, saya pula bernyanyi sendiri untuk Dina, berharap dia mendengar nyanyian ku

~~

"Jum'at"

Pagi, selamat pagi ikan-ikan, ayam, dan burung yang terbang bersama langit biru

Bergegas untuk berangkat pada istana sekolah pada jalan Ciseupan, dengan sang motor yang sangat saya sayang, jelas, tanpa motor ini, saya tidak akan pernah bahagia dengan Dina, jadi, jika Dina hari ini tidak dapat saya sayangi, motor ini adalah gantinya, sering kali pula, sang motor berbisik pada saya, rindu katanya

Dengan perjanjian kami, saya, Fadil, dan Sahrul untuk melakukan pendakian, kami pun membincangkan hal itu kembali pada saat jam sekolah usai, untuk mengambil titik pertemuan, peralatan, sampai sebuah kendaraan

Sahrul pun angkat suara untuk membagi tugas, alat, dan seluruh hal yang kami butuhkan, dengan tinggi yang sedang, muka putih yang tidak bisa kami baca, entah dia sedang bercanda atau serius, alis yang sedikit menghilang, dan tatapan yang begitu sangat tajam, namun dia adalah pemimpin kami, sebuah panutan, dengan vespa tua, yang banyak orang puja, terkenal, dia adalah orang paling santai dengan hidupnya, dia pula yang tidak pernah memikirkan panjang masalah hidupnya, dia pernah bicara, "saya tidak akan pernah pedulikan masalah saya sebesar apapun, dan saya tidak akan pernah membawa masalah saya pada perkumpulan kita", sungguh bangga saya dengannya

Sahrul menjelaskan, perlengkapan pribadi seperti, carrier atau ransel, kantong plastik, senter dan baterai, jaket gunung, baju ganti, jas hujan, dan obat pribadi, Sahrul juga memberikan perintah pada saya untuk membawa P3K, agar hal-hal yang tidak kami inginkan itu terjadi, seperti terluka, goresan atau apapun dapat kami tangani

Untuk perlengkapan makan, seperti snack ringan, di kala kami kelelahan, kami dapat beristirahat dengan memakan snack tersebut, indomie, nasi, kompor portable, wadah air

Dan untuk perlengkapan makan, kami menggunakan dengan berbahan plastik, menghindari terjadinya pecah pada saat tertumpuk dalam tas nanti

Perlengkapan yang lainnya, kami memutuskan untuk menyewanya, seperti tenda, sleeping bag, sleeping bag ini berguna sekali agar kami terhindar dari hipotermia, matras, dan lampu tenda

Setelah musyawarah bersama, kami pun memutuskan untuk berkumpul pada kediaman rumah Fadil

~~

Usai membincangkan semuanya, kami pun bubar pada istana masing-masing, Sahrul pun menekankan sebelum kami bubar jalan, "jangan sampai ada yang terlupa alat tempur kita" 

Dengan saling saut, kami mengucapkan "siap komandan"

Pada langkah yang baru saja keluar pada kelas, kedua bola mata, sontak mencari Dina, lagi, lagi, sial lagi, Dina tidak di temukan dalam pencarian kedua bola mata, dengan membawa raut wajah yang sedikit kecewa, saya pun kembali pulang.

~~

Jum'at malam

Saya dan Rara pergi pada kediaman rumah paman, Jl.Sinar Djaya namanya, tepatnya berlokasi pada Batujajar kabupaten Bandung barat, saya dan Rara bersama sang motor, melaju, di sambut dengan jalan penuh batu

Ayah, bunda, dan para saudara berkumpul menjadi satu, dengan acara arisan keluarga, mereka tertawa bersama, bahagia raut wajah mereka, semoga nyata, benar-benar bahagia

Saya dan Ridwan, diam pada kamarnya, di lantai dua

Ridwan sendiri adalah saudara saya, umurnya jauh dari saya, dia sudah bekerja, pada salah-satu pabrik sepatu, dengan gaji yang lumayan bagi saya, entah dengannya

Saya sendiri memanggilnya dengan sebutan abang, sudah terbiasa sejak kecil, bang Ridwan sendiri memiliki sebuah kekasih, Rini namanya, tidak jauh cantiknya dengan Dina, namun sepertinya kak Rini ini adalah salah satu model, terlihat dari cara tampilannya, seperti model, tapi entah nyatanya, saya juga engan bertanya padanya

Ridwan; "bagaimana kamu dengan Dina?", sambil bermain gitar, dan rokok yang sudah menyala, pada tangan kirinya, duduk pada kursi goyang dengan kaki yang naik pada meja

Bang Ridwan memang menjadi tempat curhat ku, dia tau Dina, dia tau hubungan kita, namun dia tidak tau hubungan saya dengan Dina sudah terpisah lama, bang Ridwan juga menjadi sasaran beribu pertanyaan, bagaimana cara agar Dina selalu bahagia

Riski; "sudah lama putus bang", raut wajah menunduk kaku, malu

Ridwan; "lhoo, kenapa, kenapa bisa?", bang Ridwan terkejut seketika, memberhentikan petikan gitarnya, di sambung dengan dia menaruh gitarnya pada meja, seketika tatapannya penuh pada ku

Riski; "orang ketiga bang, biasa, kalah saingan" berkata pelan, malu

Ridwan; "lalu bagaimana, masih sayang padanya?" mempertegas pertanyaannya pada ku

Dengan muka yang malu, saya pun berkata pelan "masih sih bang" 

Ridwan; "dapetin lagi lah, gimana sih, payah lo ah" seraya menepuk punggung ku, lalu melanjutkan langkah kaki menuju ruang tamu

Melempar seluruh tubuh pada sang kasur, seketika bayang muka Dina menghantui ingatan ku, lalu terbayang kata sang abang tadi, membuat ku makin gila sendiri, bagaimana langkah selanjutnya akan ku raih, bingung, pusing, pokoknya rekah berantakan pada hati. 

~~

Malam ini, malam persiapan ku untuk ceremai, jadi ku putuskan untuk tidak larut malam untuk pergi pada mimpi, sepulang dari rumah paman, saya pun sebentar untuk makan, dan langsung pulas pada mimpi ku, bye dunia, semoga kita masih bersama. 

Hubungan saya dengan Dina hanya bertahan dua bulan, dengan Dina yang selalu berkata dan meminta putus dengan ku, sudah beribu cara mempertahankan Dina, namun, sepertinya saya pasrah, Dina selalu memaksa. 

~~

Selama dua bulan itu, kami berdua bahagia, bersama, rembulan mungkin bosan, melihat kita selalu tertawa

Sampai saatnya, memasuki bulan ketiga, saya dengan Dina, hubungan ini berantakan, Dina selalu bercerita tentang kerabatnya Danu, yang selalu jail pada Dina, yang selalu modus pada Dina

Akhirnya Dina bercerita, tentang dia yang bercanda mesra pada Danu di sebuah kamar saat kunjungan pada Yogyakarta dari sekolahnya, lebih parahnya Dina hingga melakukan ciuman mesra dengan Danu

Saat itu, kesal, benci, dan begitu sangat marah, menyelimuti hati, namun bagaimana, cinta ini besar untuk Dina, namun, Dina selalu saja melontarkan kata putus pada ku, mengaku sangat bodoh dan sudah melakukan hal yang benar-benar sangat salah, saya pun berusaha mempertahankan hubungan ini, saya dan Dina

Sempat bercerita pada salah-satu kerabat saya, Alhafid namanya, dia adalah raja bucin di kelas saya, dengan kata sastra yang selalu menjadi karya yang membuat saya merasa nyaman bercerita dengannya, semua saya ceritakan padanya, mulai dari baliknya hubungan saya dengan Dina, sampai hancurnya hubungan saya dengan Dina

Dia berkata, "lo ngapain mempertahankan perempuan gak tau diri kaya gitu, dia masih punya lo, tapi malah mesra sama orang lain, dia gak pantes di pertahanin, mending cari yang lain sob, kayak gak ada perempuan lain aja" seraya dia menepuk bahu, lalu melanjutkan fokus pada permainan game PUBGnya

Dengan perkataan dia, seketika saya terdiam dan sedikit berkata, "tapi gimana bro, gue masih sayang sama dia" 

Seketika mata Alhafid menatap tajam kedua bola mata saya, "lo bodoh, boleh cinta, boleh sayang, tapi jangan buta dan bodoh karena itu, dia sudah mempermainkan perasaan lo, dia tidak menghargai hadirnya lo, buat apa lo pertahanin" menutup handphone dan melanjutkan langkah keluar kelas lalu berteriak "udah ah laper gue, jajan dulu, putusin!, gak guna perempuan kaya dia!" 

Saya terdiam seketika, membuat saya bingung sendiri, harus bagaimana jadinya hubungan ini, ah, sial!! 

~~

Hal yang tidak saya inginkan pun terjadi, ya, berpisah dengan Dina, mau bagaimana, Dina tetap mempertahankan kemauannya untuk berpisah dengan ku, nampaknya bukan haknya lagi untuk mempertahankan, kemauan Dina sudah kental, baiklah

Sampai saat ini, saya dan Dina masih suka menyapa, sekedar saja, padahal, masih banyak rindu dan sayang tersimpan untuknya, namun bagaimana, dia selalu menolak ini semua, datang hanya menanyakan apakah masih ada hadiah yang dia berikan pada ku, sebuah kalung kepala dengan adat papua

"Dina, Dina, dan Dina, semoga kamu bahagia, nampaknya sudah tidak ada lagi harapan penuh untuk kembali padamu, datangnya kamu hanya sementara, tidak seperti ku yang selalu bahagia atasnya kamu datang dan menyapa pada ku"

~~

Sabtu pagi, mendaki

Titik nol kami pada kediaman rumah Fadil, kami berkumpul pada sore sekitar arloji tertuju pada pukul lima, kami memperhatikan semua peralatan, agar tidak kekurangan, semua aman, ya, kami berkesimpulan untuk berangkat pada malam hari, agar pendakian di lakukan pada pagi, udara yang segar adalah permintaan kami

Kami melangkah pada pukul enam menuju Leuwi Panjang, sampai nya di sana pukul delapan malam, di lanjutkan dengan menaiki bis menuju pada Cirebon, namun nampaknya bis lama melaju, akhirnya kami bersantai merokok seraya menikmati kopi

Semua raut wajah teman, Sahrul dan Fadil, menampakkan kebahagiaan tersendiri, berseri

Fadil dengan celana pendeknya, Sahrul dengan celana panjangnya, semua nampak siap berperang dengan alam, Ceremai, kami datang

Arloji tertuju pada pukul sembilan, bis bergegas berangkat, perjalanan yang begitu cepat, membuat Sahrul dan Fadil tertidur sebentar, tidak dengan saya, tiba pada terminal Cirebon pada pukul sebelas hampir tengah malam

Langkah kami tidak terhenti disini, meski sudah malam dan badan yang selalu berteriak untuk santai, nampaknya bukan menjadi halangan untuk kami melepas rindu pada Ceremai

Kami pun melanjutkan perjalanan dengan elf, merasa tertipu, karena biaya yang begitu sangat mahal, diluar perkiraan kami, untung saja, Sahrul memberi ingatan untuk mengumpulkan uang yang lebih, takut kejadian seperti ini terjadi, benar saja dia, hebat

Sampainya kami pada basecamp sekitar pukul dua pagi, pembayaran tiket masih belum di buka, dan kami pun mengambil kesimpulan untuk bersantai, merokok, menghabiskan secangkir kopi, pada warung yang tertera dekat dengan tempat pembayaran tiket

Selekas itu, kami pun tertidur sebentar, terbangun dengan suara panggilan solat, Fadil dan Sahrul pun bergegas menuju pada masjid, saya sepertinya lelah, masih tertidur karena selama perjalanan saya tidak tidur sama sekali

Selesainya solat, kami membereskan semua peralatan, pukul enam adalah waktu pendakian, pendakian kali ini di temani dengan kerabat baru, mas Anton dan mas Yusuf yang baru saja kenal di masjid

Perjalanan dari basecamp pada pos satu Cigowong terbilang cukup lama, bebatuan dan trek yang sangat licin, membuat kami perlahan dan berhati-hati untuk mendaki

Nampaknya fisik mereka sedang tidak baik, saya pun sampai pada pos satu terlebih dahulu

Kami berempat, Sahrul, Fadil, mas Anton dan mas Yusuf masih dalam perjalanan, dengan Sahrul yang membawa fisik sedang lemah, abis lari dia sebelum melakukan pendakian, bermimpi agar fisiknya kuat, malah lemah, payah haha

Tidak lama, mereka sampai pada pos satu, dengan saya yang sudah santai, memberikan istirahat pada sang tubuh, kami pun duduk pada saung seraya menghabiskan sedikit cemilan, lalu kami pun bergegas mengambil air pada pos satu, dua drigen lima liter, empat botol kemasan satu koma lima liter kami berikan mereka penuh, hanya pos satu saja sumber air berada, jadi, kami harus mempersiapkan semuanya, agar tidak khawatir tidak adanya sumber air diatas sana

Selekas kami mengambil air, kami pun melanjutkan langkah pada pos selanjutnya, di temani dengan ranting-ranting pohon, hijau, dan udara yang tenang, sangat istimewa, kami bahagia

Trek lika-liku adalah tantangan bagi kami, semua nampak biasa saja, walau jalan bebatuan dan sedikit licin, kami merasakan kebahagiaan tersendiri

Rasanya ingin menetap disini, tidak ada Dina, tidak ada kerinduan, tidak ada perpecahan, tidak ada kesedihan, semuanya tenang, alam, dan kicauan para burung yang sangat merdu, membuat saya ingin selalu menetap disini, namun sepertinya tidak mungkin terjadi haha

"alam, tenang, buatlah kami melepas segala penat, buatlah kami selalu semangat" 

Selekas pendakian yang sangat cukup melelahkan, pada pasanggrahan satu, nampaknya saya sudah tidak mampu meneruskan perjalanan pada puncak selanjutnya, namun, segala kata semangat terus menggema dalam kedua telinga, dengan paksa, ku bawa tubuh ini untuk bersemangat lagi

Sampainya kami pada pasanggrahan dua, saya langsung bergegas duduk pada ranting pohon, dengan tubuh kaku dan tangan yang beku, ya, saya terkena hipotermia, untungnya tidak parah, jadi, saya tidak ikut serta membangkitkan tenda, lemas tak berdaya 

Selekas tenda siap berdiri, saya pun langsung bergegas masuk pada tenda, mengganti pakaian dan menggunakan jaket yang tebal, lalu tidur duluan

Meski tubuh sudah diselamatkan oleh jaket yang tebal, dingin pada Ceremai tetap menusuk seluruh tubuh, sampai saya bercanda, bahagia, dan tertawa untuk memeluk Fadil atau pun Sahrul dengan tubuh yang masih saja kaku, beku haha

Perbincangan dan cerita antar kami terus terlontarkan, dengan secangkir kopi menemani, hingga lelah benar-benar menyelimuti kami, tertidur pulas menjadi salah satu kunci kebahagiaan lainnya

Pukul tiga pagi, kami melakukan summit sampai pukul delapan, summit itu perjalanan tanpa membawa beban, kabut menyelimuti puncak gunung Ceremai, sedikit kecewa, banyak rindunya, kecewanya, jelas, penampakan alam gunung Ceremai kurang terlihat dari puncak, kami menunggu kabut pergi, sampai pukul dua belas tengah hari, namun, sialnya kabut sedang betah menyelimuti sang Ceremai, namun, trek dan serunya perjalanan selama menyentuh puncak, ini adalah bagian kerinduan nya, kami pun bergegas kembali pada tenda, makan, dan merapihkan semuanya, lalu melakukan perjalanan menuju pulang

"Tidak apa lah, kami tidak dapat melihat indahnya penampilan dari atas gunung Ceremai, setidaknya rindu ini sudah terbayar, selamat tinggal Ceremai, semoga selanjutnya kita dapat berjumpa, salam dari kami para pendaki, cintai alam, jaga dan lestarikan, jangan di hancurkan"

Selekas ini, saya akan menyentuh dan tenggelam dalam penat dan kerinduan, entah pendakian hari ini, atau Dina, entahlah...




No comments:

Post a Comment